Seunuddon

Mane Kawan

Jumat, 09 Juli 2010

Kualitatif
PERUMUSAN MASALAH
DALAM PENELITIAN KUALITATIF
PENDAHULUAN

Titik tolak penelitian jenis apapun tidak lain bersumber pada masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat di laksanakan. Masalah itu, sewaktu akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah harus di pikirkan dan di rumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas. Hal itu di sebabkan oleh seluruh unsur penelitian lainnya akan berpangkal pada perumusan masalah tersebut.
Kadang-kadang perumusan masalah di anggap sepele atau di pandang enteng oleh peneliti, “calon peneliti” atau mahasiswa yang akan mempersiapkan tesis atau disertasinya. Uraian dalam bab ini akan memberikan banyak contoh permasalahan masalah dengan maksud agar pembaca memperoleh pengalaman praktis dari para peneliti kawakan. Sesudah analisis hasil pengalaman para peneliti, kemudian di kemukakan prinsip-prinsip perumusan masalah.
Berkaitan dengan hal itu, bab ini akan membahas secara berturut-turut pembatasan studi melalui fokus, model perumusan masalah, analisis perumusan masalah, di akhiri dengan prinsip-prinsip perumusan masalah.
A. Pembatasan Masalah Studi Melalui Fokus
Pada dasar dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang “kosong” tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya suatu masalah.
Maslah dalam penelitian kualitatif di namakan fokus. Pada dasarnya penentuan masalah menurut Lincoln dan Guba (1985) bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan. Dengan demikian ada tiga macam masalah, yaitu” masalah” untuk peneliti, “evaluands” untuk evaluator, dan “pilihan kebijaksanaan” untuk peneliti kebijaksanaan. Uraian berikut hanya akan membatasi pada masalah “umum” sebagai bagian penelitian.
Tujuan suatu penelitian ialah memecahkan masalah. Hal ini di lakukan dengan jalan menyimpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan factor-faktor yang berkaitan tersebut. Jadi, proses tersebut berupa proses dialektik yang berperan sebagai berproposisi terikat dan antitesis yang membentuk masalah berdasarkan usaha sintesis tertentu.
Ada dua maksud tertentu yang peneliti ingin mencapainya dalam menetapkan fokus. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi. Jadi, dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri. Misalnya, jika kita membatasi diri pada upaya menemukan tiori dari dasar, maka lapangan penelitian lainnya tidak akan kita manfaatkan lagi. Kedua penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusif-eksklusi atau memasukkan-mengeluarkan (inclusion-exsclusion kriteria) suatu informasiyang baru di peroleh di lapangan. Dengan bimbingan atau arahan suatu fokus, seorang peneliti tahu presis data mana yang perlu di kumpulkan dan data mana pula yang, walaupun mungkin menarik, karena tidak relevan.

Tidak ada komentar: